GELOMBANG DI TENGAH PERJALANAN - Minggu 13 Agustus 2017

Matius 14:22-33

Hidup ini bagaikan dalam sebuah perjalanan dengan sebuah bahtera atau kapal yang sedang mengarungi lautan yang luas, apabila cuaca cerah, kita bisa menikmati perjalanan yang indah, bahtera atau kapal kita bisa berlayar dengan tenang, santai, damai tanpa ada gangguan cuaca, dan kita pun bisa menikmati perjalanan dengan penuh sukacita, apapun yang menjadi rencana rencana kita akan bisa tercapai, terwujud,  tepat pada waktu dan sampai pada tujuan dengan bahagia.

Tetapi bagaimana seandainya bahtera atau kapal kita yang dalam perjalanannya mengalami kondisi yang buruk cuaca, gelombang besar, angin kencang, kapal terombang ambing, dan perjalanan ini menjadi tidak nyaman, bikin mual, pusing, mabuk sudah pasti.

Demikian juga pada hidup kita, ibarat kapal sedang mengarungi lautan luas untuk mencapai tujuan kita, sedangkan kita tidak tahu kapan kita melalui perjalanan dengan cuaca yang cerah, atau kapan kita akan melalui dalam hujan badai, gelombang besar. Dalam sebuah perjalanan selalu ada rintangan dan resiko yang akan dihadapi, gelombang dan badai seringkali menggugurkan seseorang dalam perjalanan itu. 

Ketika gelombang itu datang seringkali orang memiliki respon salah terhadap gelombang. Seperti yang terjadi kepada murid-murid Yesus di dalam perjalanan naik perahu untuk menyeberang, mereka diombang-ambingkan gelombang karena angin sakal. Di dalam kejadian itu para murid menunjukkan beberapa respon terhadap badai dan gelombang bahkan sekalipun Yesus sudah datang untuk menolong mereka.

Berprasangka Buruk Kepada Tuhan
Prasangka buruk merupakan hambatan berat bagi kegiatan komunikasi, karena orang yang berprasangka seringkali belum apa apa sudah bersikap curiga dan menentang seorang yang sedang melakukan komunikasi. Ini karena, dalam prasangka, emosi sering memaksa seseorang untuk menarik kesimpulan atau dasar yang tidak akurat, tanpa menggunakan pikiran dan pandangan untuk mengkaji fakta yang sebenarnya, atau mendengar orang lain yang menjadi obyek prasangka. 

Sebab itu sekali prasangka sudah menguasai, maka biasanya orang akan dapat berfikir objektif berpandangan negatif. Orang orang Yahudi adalah gambaran dari orang orang di zaman Yesus yang sukar sekali untuk percaya kalau Yesus adalah Mesias.
Disaat situasi sulit terjadi dalam kehidupan percayalah bahwa Tuhan tetap baik dan akan menolong. Dalam Matius 14:26 para murid yang mengalami gelombang besar ketika berlayar menyangka Yesus sebagai “Hantu” sebab mereka ketakutan oleh karena gelombang dan masalah yang menerpa mereka. 

Ketakutan dan kekuatiran menguasai mereka sehingga tidak tenang untuk menghadapinya, sehingga prasangka lah yang muncul. Petrus mengingatkan kita untuk menguasai diri dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa (1 Petrus 4:7). 

Dengan demikian kita akan mengerti apa yang terjadi dan untuk apa semua ini terjadi sehingga kita tetap berprasangka baik kepada Tuhan. Dalam gelombang dan masalah Tuhan seringkali hadir dengan begitu nyata seperti yang dialami oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego di dalam perapian yang menyala-nyala. Tuhan juga turut serta di dalam perapian itu sebab sebelumnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego tetap berprasangka benar kepada Tuhan.
 
When life's good, God is good. When life isn't, that means He's not either (Ketika hidup baik, Tuhan itu baik. Ketika hidup tidak baik, Dia juga tidak baik). Ada banyak orang yang beranggapan demikian. Bersungut-sungut, mengeluh, bahkan ada yang mulai meragukan kebaikan Tuhan atau malah meragukan eksistensi Tuhan. Tuhan itu pilih kasih, Tuhan itu tidak adil, dan berbagai "pendapat miring" mengenai Tuhan akan mudah terlontar dari banyak orang ketika mereka tengah terhimpit berbagai persoalan. Benarkah demikian?

Gelombang dan masalah tidak lebih besar dari Tuhan, oleh sebab itu biarlah kita tetap berpikiran benar tentang Tuhan bahwa semua rancangan Tuhan bukan rancangan kecelakaan tetapi rancangan damai sejahtera untuk memberikan hari depan yang penuh harapan (Yer 29:11).

Meragukan Kehadiran Tuhan
Ada satu pernyataan Kristiani yang sangat populer, yang sering didengar bahkan juga diucapkan. Kalimat itu adalah “Allah beserta kita”. Begitu mudahnya setiap orang Kristen mengucapkan kalimat ini, tetapi kenyataannya sungguh ironis, karena tidak sedikit mereka yang tidak mengalami realisasi dari pernyataan tersebut. 

Sehingga pernyataan tersebut menjadi kalimat klise yang tidak berkuasa. Banyak di antara mereka ragu-ragu dan kemudian bertanya-tanya dalam hati: “Apakah Allah masih menyertaiku?” Sebagai orang percaya, seharusnya kita tidak boleh meragukan penyertaan Tuhan atas kehidupan kita, sebab kita harus tetap menyadari bahwa jikalau kita masih menghirup nafas hidup ini, hal itu telah menjadi bukti bahwa Allah ada bersama-sama dengan kita. 

Seringkali kita mempersoalkan kehadiran Tuhan dalam hidup kita, karena kita menuntut bukti sesuai dengan apa yang kita pikirkan dan apa yang kita inginkan. Apalagi ditengah gelombang dan masalah kita sangat mengharapkan kehadiran Tuhan dengan cepat dan nyata. Namun, sesungguhnya waktu Tuhan merupakan saat yang terbaik, bukan waktu kita.
Murid-murid di dalam perahu telah melihat Yesus hendak datang menghampiri mereka, tetapi salah satu dari murid itu masih juga berkata, “Tuhan ‘apabila’ Engkau itu.” Ini sebuah wujud dari ketakutan dan prasangka yang dialami oleh murid-murid. Ketakutan akan gelombang lebih menguasai kehidupan mereka daripada keyakinan bahwa Yesus – guruNya – selalu ada bersama dengan mereka. Sehingga Yesus perlu untuk menyuruh Petrus datang berjalan di atas air bersama dengan Yesus untuk membuktikan lagi dan lagi bahwa Dia tidak akan membiarkan para murid ketika mengalami gelombang dan kesulitan. 

Acapkali di dalam badai dan kesulitan kita melihat Tuhan, bukan di dalam kenyamanan. Daud tercatat lebih banyak melihat kehadiran Tuhan di dalam pelarian yang menakutkan karena dikejar-kejar oleh Saul hendak dibunuh, bukan ketika hidup nyaman di dalam istana.

Tiupan Angin Menenggelamkan (Bukan Badai)
Tiupan angin mengacaukan hati dan keyakinan Petrus sehingga menjadi bimbang padahal hendak berjalan menuju Yesus. Fokus yang awalnya kepada Yesus berubah menjadi kepada sekeliling karena tiupan angin yang seolah akan menenggelamkan nya. Seringkali masalah kecil yang justru lebih berpotensi menjatuhkan kita dibandingkan masalah yang kelihatannya besar.                
Kitab Yosua mencatat bahwa bangsa Israel pernah dikalahkan oleh bangsa Ai (bahasa Ibrani: artinya "tumpukan puing-puing") yang jumlah penduduknya sedikit saja (Yosua 7:3), kota yang lebih kecil dari Yerikho. 

Padahal kalau kita melihat sebelum-sebelumnya, bangsa Israel selalu mengalami kemenangan yang hebat sekalipun yang mereka hadapi adalah kota yang dilindungi tembok besarnya. Namun, justru kota yang lebih kecil lah yang mengalahkan bangsa Israel. 

Disamping perihal bahwa mereka kalah karena dosa Akhan, tetapi juga ada satu pernyataan yang perlu digaris bawahi dari orang-orang yang diutus oleh Yosua untuk mengintai kota Ai. Pada kitab Yosua 7:3, “Tidak usah seluruh bangsa itu pergi, biarlah hanya kira-kira dua atau tiga ribu orang pergi untuk menggempur Ai itu; janganlah kau susahkan seluruh bangsa itu dengan berjalan kesana, sebab orang-orang disana sedikit saja.” 

Setelah kejadian itu, di pasal yang ke 8, bangsa Israel mengalahkan Ai dengan pertolongan Tuhan. Di ayat 1 berbunyi, Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Janganlah takut dan janganlah tawar hati; bawalah seluruh tentara dan bersiaplah, majulah ke Ai. Ketahuilah, Aku serahkan kepadamu raja negeri Ai, rakyatnya, kotanya dan negerinya,.” 

Allah memerintahkan bangsa Israel membawa ‘seluruh tentara’, bukan sebagian tentara karena orang-orang disana sedikit saja. Di dalam perahu para murid berjaga-jaga karena gelombang dan badai yang besar namun tidak berjaga-jaga dengan tiupan angin. Yesus berulang-ulang kali mengatakan berjaga-jagalah. 

Sebab kita tahu dalam perjalanan Tuhan selalu ada bersama dengan kita untuk menolong kita dari semua gelombang dan tiupan angin yang akan datang menghampiri kita. Bukan persoalan mengapa hidup ini harus ada badai gelombang dan tiupan angin tetapi iman kepada Kristus harus tetap semakin kokoh.

Berlangganan untuk mendapatkan artikel terbaru dari kami:

Artikel Lain :

0 Response to "GELOMBANG DI TENGAH PERJALANAN - Minggu 13 Agustus 2017"

Posting Komentar

CONTACT US

Untuk menghubungi Admin blog, silahkan pilih cara yang Anda sukai berikut. Kami akan langsung merespon Anda jika tidak berhalangan

icon 1 Pondok Padisari, Jl. Damai, Tamalanrea Indah, Makassar 90245

icon 2 0823-9345-xxxx

icon 3 Sabtu - Minggu, 09.00 - 18.00


×